Mental Health

 

PENTINGNYA KESEHATAN MENTAL


Kasus Covid-19 pertama kali terdeteksi di Indonesia pada Senin, 2 Maret 2020. Sejak hari kasus Covid-19 terdeteksi di Indonesia, korban terpapar semakin bertambah dari hari ke hari. Korban terpapar tersebut meliputi yang positif kemudian sembuh, dan meninggal dunia. Namun, banyak juga yang dinyatakan negatif. Pandemi ini tentu memberi dampak, baik itu dampak baik maupun dampak buruk. Berbagai aspek kehidupan terkena dampak dari pandemi tersebut. Salah satu dampak pandemi ini adalah kesehatan mental masyarakat.

Kesehatan mental tidak bisa dianggap sebagai hal sepele. Kenapa tidak bisa dianggap hal sepele? Karena mental manusia mempengaruhi kinerja manusia itu sendiri. Jika kesehatan mental manusia tersebut terganggu, maka kegiatan sehari-harinya pun terganggu. Jika tidak segera ditangani, gangguan mental dapat menyebabkan masalah serius. Maka dari itu, kita sebagai generasi Z pun harus mampu menyiasati agar kesehatan mental kita tetap terjaga.

Kita dituntut untuk beradaptasi dengan cepat terhadap segala perubahan yang terjadi, baik perubahan yang terjadi secara cepat ataupun yang terjadi secara perlahan. Bukan perkara mudah untuk cepat menyesuaikan diri dengan keadaan sekarang. Karena gangguan pada kesehatan mental bukanlah penyakit fisik yang cepat dan mudah terlihat, maka tak jarang gangguan pada kesehatan mental terlambat untuk disadari. Di Indonesia sendiri, jumlah penderita gangguan pada kesehatan mental terbilang tidak sedikit.

Menurut WHO, banyak kasus yang tidak tertangani sehingga bunuh diri akibat depresi menjadi penyebab kematian tertinggi pada anak muda usia 15-29 tahun. Setengah dari penyakit mental bermula sejak remaja, yakni usia 14 tahun. Merujuk data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi penderita skizofrenia atau psikosis sebesar 7 per 1000 dengan cakupan pengobatan 84,9%. Sementara itu, prevalensi gangguan mental emosional pada remaja berumur lebih dari 15 tahun sebesar 9,8%. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 6%.

Namun jika dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia patut berbangga. Pasalnya tingkat stres masyarakat Indonesia ternyata tidak setinggi negara lain. Fakta ini berdasarkan Survei Skor Kesejahteraan 360° tahun 2018 yang diselenggarakan Cigna. Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 86% responden dari seluruh negara yang turut berpartisipasi mengatakan bahwa mereka merasa stres. Namun di Indonesia, responden yang mengatakan bahwa mereka merasa stres ‘hanya’ sebesar 75%.

Jika dibuat perbandingan, ada 3 dari 4 responden yang merasa stres. Meski persentase tersebut terkesan tinggi, tingkat stres ini merupakan tingkat stres terendah dari seluruh negara yang disurvei.  Persoalan keuangan dan pekerjaan merupakan penyebab stres yang utama. Sedangkan 25% sisanya mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak merasa stres. Persentase ini merupakan yang terendah dibandingkan 22 negara lainnya. Di negara tetangga seperti Singapura dan Thailand, tingkat stres masyarakatnya bahkan berada di atas rata-rata, yaitu sebesar 91%.

Gangguan pada kesehatan mental tidak hanya disebabkan oleh satu atau dua faktor tertentu saja, tetapi ada beberapa faktor yang dapat digolongkan sebagai penyebab terjadinya gangguan kesehatan pada mental manusia. Faktor-faktor tersebut seperti isolasi sosial (kesepian), kematian orang terdekat, kekerasan pada anak, faktor genetik, kelainan otak, cedera kepala, dan masih banyak faktor penyebab gangguan mental lainnya. Ada juga beberapa tanda-tanda adanya gangguan kesehatan mental, seperti rasa marah dan benci yang berlebih, keinginan bunuh diri, mengalami delusi, paranoia, atau halusinasi, perubahan suasana hati yang ekstrim dan pasang surut, bingung atau berkurangnya kemampuan berkonsentrasi, dan masih banyak lagi tanda-tanda adanya gangguan mental lainnya. Kadang-kadang gejala gangguan kesehatan mental muncul dalam bentuk masalah fisik, seperti sakit perut, sakit punggung, sakit kepala, atau sakit dan nyeri yang tidak dapat dijelaskan.

Sebagian besar penyakit mental tidak dapat membaik dengan sendirinya jika tidak ada pengobatan apapun terhadap hal itu. Bahkan lebih buruknya, penyakit mental dapat semakin memburuk seiring berjalannya waktu dan tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan masalah serius. Oleh karena itu, akan jauh lebih baik jika penyakit mental segera dikonsultasikan ke dokter dan diobati ketika sudah merasa memiliki gejala-gejala yang merujuk pada penyakit tersebut.

Pengobatan kesehatan mental yang dapat dilakukan seperti melalui obat-obatan dan psikoterapi. Pengobatan kasus gangguan mental yang berat juga mencakup beberapa ahli seperti dokter ahli kejiwaan, dokter umum, anggota keluarga, dan lain-lain. Terdapat banyak tipe dari psikoterapi. Pengobatan biasanya dapat berlangsung beberapa bulan hingga lebih lama. Psikoterapi dapat hanya bersama penderita atau anggota keluarga. Dapat juga dilakukan pengobatan lain, seperti pengobatan penyalahgunaan zat, perumahan rumah sakit dan perumahan, dan stimulasi otak.

Akan lebih baik jika kita menjaga kesehatan mental kita sejak dini dan melakukan pencegahan kemungkinan terjadinya gangguan mental. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegahnya, seperti terus berpikir positif, membantu orang lain, tetap aktif secara fisik, cukup tidur atau istirahat, dan tetap berhubungan dengan orang lain.


Comments